Rabu, 22 Februari 2012

Emang Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sallam kebal?

EMANG RASULULLOH SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM KEBAL?

Manusia selalu berusaha dengan berbagai macam cara untuk melindungi dirinya dari ganguan dan kejahatan orang lain. Banyak cara yang di tempuh dan jalan yang di lalui untuk tujuan ini.

Sejak zaman dahulu dalam dunia beladiri telah kita dengar berbagai macam nama ilmu kesaktian. Kalau dulu anda pernah mengikuti sandiwara Saur sepuh tentu anda akan kenal pada Ajian serat jiwa dan Lampah Lumpuh ilmu pamungkas raja Madangkara Brama kumbara.Di zaman rudal dan senjata mutakhir sekarang ini pun masih banyak orang yang mengejar ilmu kesaktian semacam ini, dengan berbagai macam tujuan dan alasan. Untuk menjaga diri, agar tekenal sebagai jawara, atau mungkin seorang ustadz atau dai’ mempelajarinya agar da’wahnya lancar karena dapat mengalahkan atau paling tidak melindungi diri dari kejahatan orang yang tidak senang pada kebaikan.

Perlu juga kita ketahui, ilmu kadikjayaan ini ada dua sumber yang berbeda, biasa dikenal dengan sebutan ilmu hitam dan ilmu putih. Ilmu putih adalah kesaktian yang diperoleh dengan amalan tertentu yang tidak bertentangan dengan syariat islam, sedangkan ilmu hitam adalah kebalikannya kesaktian itu diperoleh dengan malakukan suatu amalan yang dilarang Allah.

Dalam tulisan ini saya ingin menunjukkan pembaca pada suatu kesaktian luar biasa sangat penting untuk kita miliki, khususnya yang berkecimpung dalam dunia da’wah. Ilmu ini adalah ilmu kebal yang diajarkan dan diwariskan Rasulullah SAW kepada sahabat-sahabatnya.

Yang saya maksud dengan ilmu kebal disini bukan kita tidak mempan disabet pedang, atau tidak bisa ditembus oleh peluru. Ilmu kebal tingkat tinggi yang diajarkan Rasulullah SAW adalah kekebalan hati. Orang yang menguasai ilmu ini tidak akan mudah sakit hati, tidak gampang tersulut kemarahannya, tidak gampang termakan hasutan orang, jauh dari dengki dan hasud sehingga hidupnya terasa benar-benar tentram.

Rasulullah sangat pemaaf, tidak mudah merasa sakit hati walaupun diperlakukan dengan perbuatan yang sangat menyakitkan sekalipun. Beliau dicaci dihina disakiti tetapi dengan mudahnya beliau melupakan itu semua.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah setiap kali pulang dari masjid Beliau diludahi oleh seorang kafir, suatu hari Raulullah SAW tidak mendapati orang tersebut, ketika Rasulullah mengetahui orang itu ternyata sakit beliau bergegas untuk menjenguknya, dan sebab itulah orang tersebut masuk islam. Dalam perjalanan da’wah ke Taif pun tidak kalah pedihnya cobaan yang Rasulullah SAW hadapi, Rasulullah SAW ditolak oleh pemimpin Tsaqiif bahkan beliau dilempari batu oleh budak-budak dan orang-orang bodoh dari mereka sehingga kedua kakinya berlumuran darah.

Ketika malaikat Jibril menawarkan untuk membinasakan mereka Rasulullah SAW menolak bahkan Rasulullah SAW mendoakan mereka agar mendapat pengampunan Allah.

Bukankah kita sering kali merasa sakit hati, tersinggung dan kecewa hanya karena hal sepele?

Keadaan seperti ini membuat kita mudah marah, menyimpan kebencian dan dendam pada orang yang ada disekitar kita. Padahal perasaan seperti itu kalau dibiarkan akan mengganggu kesehatan jasmani juga, seperti penyakit darah tinggi, jantung dan lain-lain. kalau begitu kiranya anda sangat perlu untuk mendalami jurus-jurus sakti ini.

Apakah sepuluh jurus itu, dan bagaimana kita mengusainya?
Jurus-jurus itu adalah ayat-ayat al-quran dan hadis-hadis Rasulullah SAW.

Cara mendapatkan kekebalan itu adalah dengan memahami, menghayati dan berusaha mencontoh rasulullah SAW dalam mengamalkannya. Orang yang dapat mengusai jurus-jurus ini dengan sempurna bukan saja ia akan sakti di dunia, namun diakhirat pun dia dianggap sebagai jawara yang telah dapat mengalahkan hawa nafsunya. Ia akan mendapat pahala yang besar dan kemulian dari Allah SWT.

* Jurus pertama : Menahan Marah.
   Jurus ini mengingatkan kita untuk dapat menahan amarah. Allah berfirman:
    وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ [آل عمران/134]
Artinya : Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan( kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran: 134)
 
* Jurus kedua : Ahlaq paling utama
   Jurus ini mengingatkan kita untuk dapat meraih ahlaq paling utama. Rasulullah SAW bersabda :
    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يا عقبة ألا أخبرك بأفضل أخلاق أهل الدنيا وأهل الآخرة تصل من قطعك وتعطى من حرمك وتعفو عمن ظلمك . جامع الأحاديث – (ج 37 / ص 309)
    Rasulullah SAW bersabda : Wahai Uqbah tidakkah aku memberitahumu akan ahlaq paling utama bagi penghuni dunia dan aqhirat ? Engkau menyambung hubungan terhadap orang yang memutus hubungan denganmu, engkau memberi orang yang tidak mau memberimu, dan engkau memaafkan orang yang mendzalimimu. (jami’ul hadis juz 37, hal : 309)

* Jurus ketiga : Memaafkan
   Jurus ini mengingatkan kita untuk mudah memafkan.
    فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ [الحجر/85]
    Artinya : Maka maafkanlah dengan cara yang baik. (QS: Al-Hijr: 85)

* Jurus keempat : Ampunan Allah
   Jurus ini mengingatkan kita agar mendapat ampunan Allah.
    وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ [النور/22]
   Artinya : dan hendaklah mereka memafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah megampunimu? Dan Allah Maha pengampun lagi maha Penyayang. (QS: An-Nur: 22)

* Jurus kelima: Sabar
   Jurus ini mengingatkan kita agar bersifat sabar. Allah berfirman :
   وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ [الشورى/43]
   Artinya: Barang siapa yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia. (QS: As-Syuraa: 43)
 
* Jurus keenam : Wasiat Nabi
   Jurus ini mengingatkan kita pada sebuah wasiat Baginda nabi SAW.
   Rasulullah SAW bersabda :
   عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم : أوصني قال : لا تغضب ، فردد مرارا فقال لا تغضب . رواه البخاري
    Artinya : Dari Abu Hurairah ra. Bahwa ada seorang berkata kepada Nabi SAW : “Berilah aku wasiat” Nabi berkata : “Janganlah egkau marah”. Orang itu mengulangi berkali-kali permintaannya, nabi pun berkata : “janganlah engkau marah”. (HR. Imam Buhori).
 
* Jurus ketujuh : Lemah lembut
   Jurus ini mengingatkan kita akan kehebatan sikap lemah lembut. Rasulullah SAW bersabda :
    عن عائشة رضي الله عنها قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه ولا ينزع من شيء إلا شانه . رواه مسلم .
    Artinya : dari Sayyidah A’isyah ra. Ia berkata: rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya lemah lembut tidaklah berada pada suatu apapun kecuali akan menhiasinya, dan tidaklah dicabut sifat lemah lembut itu dari sesuatu kecuali akan menjadikannya buruk. (HR. Imam Muslim).
 
* Jurus kedelapan : Kekuatan inti
   Jurus ini mengingatkan kita bahwa kekuatan yang sesungguhnya adalah menahan amarah. Rasulullah SAW bersabda :
    عن أبي هريرة رضي الله عنه قال ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ليس الشديد بالصرعة ، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب . متفق عليه .
    Artinya : dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah kekuatan itu dengan menang dalam bergulat, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan amarahnya ketika ia marah. (HR. Imam Bukhari Muslim).
 
* Jurus kesembilan : Ihtimalul adza
   Jurus ini mengingatkan kita bahwa ihtimalul adza (bersabar atas keburukan orang) adalah pembuka pertolongan Allah. Rasulullah SAW bersabda :
    عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : أن رجلا قال يا رسول الله ، إن لي قرابة أصلهم ويقطعونني ، وأحسن إليهم ويسيئون إلي ، وأحلمعنهم ويجهلون علي ، فقال : لئن كنت كما قلت كأنما تسفهم المل ، ولا يزال معك من الله ظهير عليهم ما دمت على ذلك . رواه مسلم .
    Dari Abu Hurairah ra. Bahwa seorang berkata kepada rasulullah SAW: “Sesungguhnya aku mempunyai kerabat, aku selalu menyambung hubungan baik dengan mereka tetapi mereka selalu memutuskannya, aku berbuat baik akan tetapi mereka membalasnya dengan keburukan, aku berlaku bijak akan tetapi mereka berlaku bodoh. Rasulullah SAW kemudian bersabda: Bila keadaannya seperti yang engkau katakan, mereka itu seperti meminum abu yang panas, dan senantiasa Allah akan memberikan pertolongan kepadamu selama kamu dalam keadaan demikian itu. ( HR Imam Muslim)

* Jurus kesepuluh : Do’a pamungkas
    Mendoakan orang yang mendholimi dan menyakiti kita dengan doa yang baik adalah suatu yang luar bisa, seperti yang dilakukan rasulullah SAW terhadap penduduk Taif. Orang tidak akan dapat mendoakan orang yang menyakitinya dengan doa’ yang baik kecuali orang yang berhati mulia, dan itulah salah satu ciri-ciri penghuni surga.

Inilah kesepuluh jurus tersebut, jikalau anda tidak setuju dengan penamaannya dengan judul di atas, silahkan anda memberinya nama dengan nama apa saja yang anda sukai tapi saya yakin anda pun sependapat dengan saya inilah ahlaq yang diajarkan rasulullah SAW untuk melatih kekuatan hati.

Hafalkanlah kesepuluh jurus ini dengan baik pahami dan hayati maknanya dalam-dalam. Cobalah disaat anda merasa disakiti orang, hadirkan jurus-jurus ini satu demi satu, ajak hati anda untuk memahami menghayati dan membayangkan keagungan Ahlaq Rasulullah SAW, katakan pada hati anda bahwa Rasulullah SAW adalah suri tauladan bagi orang yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat yang dijanjikan Allah. Semoga dengan demikian kita tidak akan mudah merasa sakit hati.

Kunci Kekuatan Berlatih Beladiri

KUNCI KEKUATAN BERLATIH BELADIRI
 
Dalam berlatih beladiri seorang tamid (murid) akan menemui saat-saat turun semangat. Apakah merasa setengah hati atau tidak siap berlatih sama sekali. Pada kondisi ini terjadi beberapa kemungkinan, yang pertama: seorang tamid tetap berangkat berlatih menyisihkan 1-2 jam waktunya dalam satu minggu untuk sekedar mensyukuri nik-mat kesehatan yang ia rasakan, atau yang kedua: seorang tamid tidak berangkat berlatih sehingga melewatkan nikmat silaturahmi, nikmat menuntut ilmu, dan kesempatan mendapatkan berkah lainnya.
 
Dari kemungkinan itu sudah tentu yang kita inginkan adalah kemungkinan pertama yaitu tetap istiqomah berlatih. Pertanyaan yang muncul bagaimanakah agar kita tetap istiqomah dalam menjalani latihan sehingga dapat mendobrak kelesuan dan masuk ke dalam semangat berlatih?
Jawabannya adalah, luruskan niat kita dan tanyakan pada diri sendiri untuk apa sebenarnya kita berlatih. Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (akan diterima) sebagai hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia cari atau wanita yang ia nikahi, maka ia akan mendapatkan apa yang yang dituju.” (Bukhari dan Muslim)

Kalau niat kita hanya bersifat duniawi seperti ingin dipuji oleh manusia atau mengharapkan sesuatu yang hanya bersifat duniawi maka sudah tentu masalah kelesuan berlatih sulit kita atasi, tetapi jika yang kita harapkan adalah pahala akhirat maka tidak ada rasa bosan di dalam diri kita.

Dan barang siapa menghendaki pahala dunia niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat kami berikan pahala akhirat itu (Ali Imran:145)

Pantaslah salah seorang cucu Rasulullah saw. pernah mengatakan bahwa "Barangsiapa yang hendak bermaksiat kepada Allah, maka apa yang ia harapkan tidak akan datang, sedangkan yang dipercepat datang kepadanya justru sesuatu yang tidak dia inginkan".

Tidak usah heran bagi orang yang tidak ikhlas dalam melakukan amal apa pun, dia akan banyak menemui kekecewaan dalam hidup ini. Orang yang tidak ikhlas niscaya akan banyak tersinggung dan kerap kali dirundung kecewa karena dia memang terlalu banyak berharap kepada makhluk sehingga hanya kepusinganlah yang dialami.

Untuk itulah bagi kita yang akan mengkaji ilmu beladiri harus terus menanyakan kembali niatnya dalam berlatih.

Agar latihan kita dapat bernilai ibadah maka kegiatan latihan kita haruslah dalam rangka merealisasikan Firman Allah Swt:

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi ….” (Al-Anfal: 60)

Dan dalam rangka menerapkan apa yang disabdakan Rasulullah Saw:

“Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, …”. (HR. Muslim)

Luar biasa sekali pentingnya niat itu karena niat adalah pengikat amal dan kunci kekuatan berlatih. Orang-orang yang tidak pernah memerhatikan niat yang ada di dalam hatinya, berarti ia tengah bersiap-siap untuk mendapat beban, membuang waktu, membuang tenaga, harta, ataupun pikiran, tanpa arti sama sekali. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi teramat sangat penting dan akan menumbuhkan kekuatan dahsyat, membuat hidup ini menjadi sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.

Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. Karena kendati berlatih sekuat tenaga, bersimbah peluh berkuah keringat, terkuras pikiran, kalau tidak ikhlas, tidak ada nilainya di sisi Allah. Bertempur di medan perang melawan musuh, tetapi kalau niatnya hanya ingin disebut pahlawan, pasti ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya ingin disebut dermawan, juga tidak akan memiliki nilai apapun
 
Sumber:
 Pelurusan Niat dalam berlatih (Ust.Habiburrahman), Niat Ikhlash (Yusuf Qordawi), Tarbiyatul Aulad fil Islam  (Prof.Abdullah Nasih Ulwan), Kekuatan Niat Ikhlash (Abdullah Gm)

Maklumat


Selasa, 14 Februari 2012

Sejarah Thifan

Bela diri Thifan Po Khan merupakan hasil perpaduan beragam aliran bela diri di dataran Saldsyuk sampai dataran Cina. Suku-suku muslim yang tinggal di kawasan itu, seperti Tatar, Wigu, Mandsyu, Kittan dan sebagainya banyak yang sudah memiliki bela diri tradisional.

Saat Islam mulai menyebar ke kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara dan Asia Timur, kaum Muslimin di kawasan ini terus memegang wasiat Rasulullah itu, mempelajari bela diri yang sesuai dengan kebiasaan dan keahlian masyarakat setempat.

Tersebutlah seorang bangsawan Suku Tayli bernama Je’nan, menghimpun berbagai ilmu bela diri yang ada di dataran Saldsyuk  hingga dataran Cina. Bersama dengan pendekar muslim lain, yang memiliki keahlian gulat Mogul, Tatar, Saldsyuk, silat Kittan, Tayli, mereka membentuk sebuah aliran bernama Shurul Khan.

Dari Shurul Khan inilah terbentuk aliran Naimanka, Kraiddsyu, Suyi, Syirugrul, Namsuit, Bahroiy, Tae Fatan, Orluq serta Payuq. Kesembilan aliran ini kemudian digubah, ditambah, ditempa, dialurkan, dipilah, dan diteliti, sampai akhirnya menjadi dikal bakal munculnya Thifan Po Khan.

Pada abad ke-16, Thifan Po Khan sudah dikenal di Indonesia. Saat itu, Raja Kerajaan Lamuri, Sultan Malik Muzafar Syah, mendatangkan para pelatih Thifan dari Turki Timur. Para pelatih itu kemudian disebarkan ke kalangan bangsawan di Sumatera.

Pada abad ke-18, Tuanku Rao dan kawan-kawannya mengembangkan Thifan ke daerah Tapanuli Selatan dan Minang. Selanjutnya bela diri Thifan tersebar ke Sumatera bagian timur dan Riau, yang berpusat di Batang Uyun/Merbau. Tuanku Haji atau Hang Udin juga membawa Thifan ke daerah Betawi dan sekitarnya.

Masuknya Thifan ke Jawa juga merupakan andil orang-orang Tartar yang berdagang ke pulau Jawa. Sambil menjajakan kain, mereka turut serta memperkenalkan Thifan pada masayarakant Jawa. Sedangkan di luar Jawa, Thifan disebarkan para pendekar yang berpetualang ke sana. Mereka bahkan sampai di Malaysia dan Thailand Selatan.

Jumat, 10 Februari 2012

Janji Tifan

JANJI THIFAN

1.   Sanya aku tidak akan menyekutukan Allah, akau tidak akan  
      percaya pada takhayul, khurafat, dan tidaklah aku akan 
      berbuat  bid'ah dalam syara.
2.   Sanya aku akan mentaati hukum Allah dan Rasul-Nya, sedaya 
      upayaku kujalankan perintah Allah dan Rasul-Nya, sedaya 
      upayaku kujauhi larangan Allah dan Rasul-Nya.
3.   Sanya hanya kupergunakan ilmu ini pada jalan haq, dan 
      semoga  terompang baralah  apakala ilmu ini kuperganakan 
      pada jalan bathil atau aku menghianati amanat sehingga ilmu 
      ini  jatuh di luar haq.
4.   Sanya aku berusaha amar ma'ruf nahi munkar.
5.   Sanya aku akan mentaati segala peraturan lanah sepanjang 
      peraturan itu tiada menyimpang dari hukum Allah dan 
      Rasul-Nya.
6.   Sanya aku tidak akan takabur, pongah dan congkak.
7.   Tidaklah aku akan terpancing, terhasut lawan, lalu tidaklah aku 
      akan mengikuti jalan kekafiran.
8.   Aku akan teliti bertindak  dan tekun mencari ilmu.
9.   Aku berdaya upaya bersahabat dengan siapapun didalam 
      batas-batas hukum syara.
10. Aku tidak akan menganut dan berasas ashobiyah.
11. Aku tidak akan mempergunakan lambang-lambang, upacara-
      upacara, penghirmatan yang menyalahi syara.

Kamis, 09 Februari 2012

Beladiri 10 Abad


Beladiri Sepuluh Abad
"Sanya hanya kupergunakan ilmu ini pada jalan haq, dan semoga terompang baralah aku apabila ilmu ini kupergunakan pada jalan bathilatau akau menghianati amanah sehingga ilmu ini jatuh diluar haq."
     Begitu salah satu ikrar dalam bahasa melayu kuno yang di bacakan setiap tamid atau muri seni beladiri yang konon masuk ke Indonesia melalui tentara kerajaan Sanudra Pasai di Aceh Berabad-abad yang lalu.
     Tidak membuktikan apa-apa, bila ilmu kalian dipakai hanya untuk turgul (sparing) mancari siapa yang kuat atau lebih jago. Tapi kan lebih berarti bila dpergunakan membela kebenaran," kata ustadz Habib, guru besar thifan po khan tsufuk, pada ujian nasional kenaikan tingkat salah satu cabang seni beladiri asal saljuq, turkistan ini di pelataran hijau  luar kawasan pindad Bandung , minggu (29/1).
     Pada siang itu hadir enam puluh satu tamid pria dan dua puluh tamid wanita yang diuji dalam tempat yang terpisah. Dibawah naungan pohon beringin besar berusia puluhan tahun, para pendekar lelaki memperlihatkan kelihaian mereka  berjurus berpasangan. Sesekali tendangan tangkisan hingga pukulan yang mengenai badan.
     "Yang dinilai kecepatan, ketepatan dan keberuntunan jurus mereka, " Fajar kriswanto salah seorang juri yang mengawasi ujian.
     Ada 15 lanah


Pengikut