Bela
diri Thifan Po Khan merupakan hasil perpaduan beragam aliran bela diri
di dataran Saldsyuk
sampai dataran Cina. Suku-suku
muslim yang tinggal di kawasan itu, seperti Tatar, Wigu, Mandsyu, Kittan
dan sebagainya banyak
yang sudah memiliki bela diri
tradisional.
Saat
Islam mulai menyebar ke kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara dan Asia
Timur, kaum Muslimin
di kawasan ini terus memegang
wasiat Rasulullah itu, mempelajari bela diri yang sesuai dengan
kebiasaan dan keahlian masyarakat
setempat.
Tersebutlah
seorang bangsawan Suku Tayli
bernama Je’nan, menghimpun berbagai ilmu bela diri yang ada di dataran
Saldsyuk hingga dataran Cina. Bersama dengan pendekar muslim lain, yang memiliki keahlian gulat Mogul, Tatar, Saldsyuk,
silat Kittan, Tayli, mereka membentuk sebuah aliran bernama Shurul Khan.
Dari
Shurul Khan inilah terbentuk
aliran Naimanka, Kraiddsyu, Suyi, Syirugrul, Namsuit, Bahroiy, Tae
Fatan, Orluq serta Payuq.
Kesembilan aliran ini kemudian
digubah, ditambah, ditempa, dialurkan, dipilah, dan diteliti, sampai
akhirnya menjadi dikal
bakal munculnya Thifan Po Khan.
Pada
abad ke-16, Thifan Po Khan sudah
dikenal di Indonesia. Saat itu, Raja Kerajaan Lamuri, Sultan Malik
Muzafar Syah, mendatangkan
para pelatih Thifan dari Turki
Timur. Para pelatih itu kemudian disebarkan ke kalangan bangsawan di
Sumatera.
Pada
abad ke-18, Tuanku Rao dan
kawan-kawannya mengembangkan Thifan ke daerah Tapanuli Selatan dan
Minang. Selanjutnya bela diri
Thifan tersebar ke Sumatera
bagian timur dan Riau, yang berpusat di Batang Uyun/Merbau. Tuanku Haji
atau Hang Udin juga membawa
Thifan ke daerah Betawi dan
sekitarnya.
Masuknya
Thifan ke Jawa juga merupakan
andil orang-orang Tartar yang berdagang ke pulau Jawa. Sambil menjajakan
kain, mereka turut
serta memperkenalkan Thifan pada
masayarakant Jawa. Sedangkan di luar Jawa, Thifan disebarkan para
pendekar yang berpetualang
ke sana. Mereka bahkan sampai di
Malaysia dan Thailand Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar