Kamis, 09 Februari 2012

Beladiri 10 Abad


Beladiri Sepuluh Abad
"Sanya hanya kupergunakan ilmu ini pada jalan haq, dan semoga terompang baralah aku apabila ilmu ini kupergunakan pada jalan bathilatau akau menghianati amanah sehingga ilmu ini jatuh diluar haq."
     Begitu salah satu ikrar dalam bahasa melayu kuno yang di bacakan setiap tamid atau muri seni beladiri yang konon masuk ke Indonesia melalui tentara kerajaan Sanudra Pasai di Aceh Berabad-abad yang lalu.
     Tidak membuktikan apa-apa, bila ilmu kalian dipakai hanya untuk turgul (sparing) mancari siapa yang kuat atau lebih jago. Tapi kan lebih berarti bila dpergunakan membela kebenaran," kata ustadz Habib, guru besar thifan po khan tsufuk, pada ujian nasional kenaikan tingkat salah satu cabang seni beladiri asal saljuq, turkistan ini di pelataran hijau  luar kawasan pindad Bandung , minggu (29/1).
     Pada siang itu hadir enam puluh satu tamid pria dan dua puluh tamid wanita yang diuji dalam tempat yang terpisah. Dibawah naungan pohon beringin besar berusia puluhan tahun, para pendekar lelaki memperlihatkan kelihaian mereka  berjurus berpasangan. Sesekali tendangan tangkisan hingga pukulan yang mengenai badan.
     "Yang dinilai kecepatan, ketepatan dan keberuntunan jurus mereka, " Fajar kriswanto salah seorang juri yang mengawasi ujian.
     Ada 15 lanah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut